Kupang, inihari.co- Di tengah hiruk-pikuk politik dan rutinitas kehidupan masyarakat perkotaan, sosok Yafet Yeferson Horo hadir dengan gaya kepemimpinan yang berbeda. Anggota DPRD Kota Kupang dari Partai Golkar ini dikenal sebagai figur sederhana, terbuka, dan dekat dengan masyarakat tanpa sekat.
Lahir dan besar di Kupang dalam keluarga sederhana dengan sembilan bersaudara, Yafet meniti perjalanan hidup dari bawah. Ia menjadi pekerja keras yang berjuang demi hidupnya, pengalaman yang menumbuhkan empati mendalam terhadap sesama.
“Tuhan tidak salah tempatkan saya. Saya lahir dari rakyat kecil agar bisa memahami penderitaan mereka,” ujarnya dalam sebuah wawancara.
Ketekunan dan kepekaan sosial itu kemudian membuahkan hasil dalam Pemilu Legislatif 2024, ketika Yafet berhasil meraih suara terbanyak di Daerah Pemilihan Alak, bahkan untuk seluruh Kota Kupang. Ia memperoleh 3.474 suara, menjadikannya anggota DPRD Kota Kupang periode 2024–2029 dengan mandat rakyat yang kuat.
Sebagai Wakil Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Kota Kupang, Yafet tampil dengan gaya kepemimpinan inklusif, yakni merangkul semua pihak, menghargai perbedaan, dan menjunjung tinggi nilai senioritas dalam partai.
Saat namanya sempat disebut-sebut sebagai calon Ketua DPD Golkar Kota Kupang, ia justru memilih untuk tidak mencalonkan diri demi menjaga keharmonisan internal partai.
“Bagi saya, politik bukan tentang posisi, tapi tentang pengabdian. Kita harus saling menopang, bukan menjatuhkan. Saya hanya bersedia maju jika partai mengharuskan saya untuk maju,” tuturnya.
Sikap rendah hati itu membuat Yafet mendapat apresiasi dari berbagai pihak, termasuk Wali Kota Kupang, yang menilai dirinya sebagai sosok yang mampu menjadi jembatan antara masyarakat dan pemerintah daerah. Wali Kota menyebut, Yafet adalah contoh pemimpin yang “berpolitik dengan hati dan bekerja dengan nurani.”
Dalam keseharian, Yafet tak segan menggunakan dana pribadi untuk membantu warga yang membutuhkan, mulai dari bedah rumah tidak layak huni, pembangunan jalan lingkungan, hingga memfasilitasi warga memperoleh BPJS Kesehatan gratis dari program bantuan pemerintah.
“Kepedulian bukan untuk pencitraan, tapi panggilan hati sebagai wakil rakyat,” ungkapnya.
Sebagai legislator, Yafet menempatkan kepedulian sosial sebagai fondasi kerja. Ia aktif memperjuangkan kebijakan yang berpihak kepada kelompok rentan seperti nelayan, petani, dan pelaku UMKM, serta mengawal agar setiap rupiah anggaran digunakan untuk kepentingan rakyat.
“Janji politik adalah utang moral yang harus dibayar dengan kerja nyata,” katanya.
Dalam forum-forum resmi, ia juga kerap menyuarakan kritik konstruktif terhadap ketimpangan pembangunan, lambannya respons terhadap aduan publik seperti lampu jalan mati atau drainase rusak, dan minimnya perhatian pada wilayah pinggiran kota.
Yafet juga memiliki visi besar untuk menjadikan Kota Kupang sebagai kota yang berdaya, adil, dan sejahtera, dengan memperkuat budaya toleransi serta solidaritas sosial yang telah menjadi ciri khas masyarakat NTT. Bagi Yafet, keberagaman bukan sumber perpecahan, melainkan kekayaan yang memperkuat identitas daerah.
Nama “Yafet” sendiri membawa makna simbolis. Dalam kisah kuno, Yafet (Jafet), salah satu putra Nabi Nuh, dikenal sebagai pembawa perdamaian dan penyebar kebaikan ke berbagai bangsa. Nilai itu seolah tercermin dalam pribadi Yafet Yeferson Horo, yang hadir sebagai jembatan harmoni dan penggerak kebaikan di tengah masyarakat modern.
Meski zaman telah berubah, semangat yang dibawanya tetap sama: membangun, bukan memecah; melayani, bukan dilayani. (Yantho Sulabessy Gromang)
Discussion about this post