Kupang, inihari.co- Trend Narkoba saat ini cenderung mengarah ke wilayah Indonesia Timur. Hal itu dikarenakan Indonesia Barat sudah sering dilakukan operasi besar-besaran secara terus-menerus.
Bandar Narkoba kini melihat peluang adanya potensi di Indonesia Timur, sebab rata-rata orang timur adalah perokok dan peminum.
Untuk bisa memakai ganja, minimal adalah perokok agar tidak batuk. Dan untuk memakai ekstasi, minimal peminum agar bisa tahu kadar mabuknya.
Hasil penelitian 2017, jumlah penduduk Nusa Tenggara Timur (NTT) sebanyak 5,5 juta orang. 3 juta lebih diantaranya berusia 10 hingga 59 tahun. Dari jumlah pada usia tersebut, 36.022 orang di antaranya adalah penyalahguna Narkoba. Angka persentasenya adalah 0,99 persen.
“Secara persentase NTT urutan bawah. Tapi secara jumlah maka NTT berada pada urutan 20 untuk Indonesia. Sebab di Maluku dan Papua biar persentase lebih besar, namun jumlah penduduknya lebih sedikit,” kata Kepala Seksi Pencegahan pada Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat (P2M) Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Nusa Tenggara Timur – Markus Raga Djara, Senin (22/07/2019).
Menurutnya, hingga 2019 memang baru Lima kasus yang BNN dapatkan atau ditangkap oleh BNN. Namun banyak kasus Narkoba yang sudah didapat dan diproses oleh pihak Kepolisian.
Terkait upaya pencegahan Narkoba di NTT, markus mengaku, BNN selama ini melakukannya dengan tiga metode. Pertama, Pencegahan Dini, yakni sosialisasi kepada anak-anak dan pada daerah yang bebas Narkoba. Kedua, Pencegahan Primer, yakni dilakukan di daerah yang sudah terkontaminasi. Dan yang ketiga adalah Pencegahan Kecanduan, yakni bagi mantan pecandu Narkoba agar tidak kembali memakai Narkoba, yakni melalui pembekalan keahlian untuk bekerja.
Agar Narkoba bisa diberantas dan semua orang menjadi sadar akan bahaya Narkoba sehingga peredaran Narkoba bisa hilang dengan sendirinya, Markus mengatakan, perlu ada langkah antisipasi secara bersama-sama termasuk dunia pendidikan.
Ia menjelaskan, dunia pendidikan harus bekerjasama dengan BNN untuk memberantas Narkoba, sebab di tempat lain Bandar Narkoba sudah melakukan pembibitan pecandu di sekolah-sekolah dasar (SD).
Mereka para Bandar Narkoba mencampur Narkoba ke makanan-minuman yang dijual di sekolah-sekolah dasar. Tujuannya, agar anak-anak yang mengkonsumsi makanan/minuman itu mengalami kecanduan Narkoba sejak dini dan memiliki ketergantungan.
“Disaat anak mulai timbul ketergantungan atau kecanduan barulah mereka menawarkan narkoba yang asli. Yang sudah kecanduan itu merupakan aset mereka seumur hidup. Itulah liciknya para Bandar Narkoba,” terang Markus. (Yantho)
Baca Berita Terkait: Lapas, Tempat Prioritas Untuk Sosialisasi Anti Narkoba
Baca Berita Terkait: Belum Lakukan Test Urin, OPD Pemerintah Kurang Sadar Bahaya Narkoba
Baca Berita Terkait: Peredaran Narkoba di NTT Masih Didominasi Sabu, Ganja dan Ekstasi
Discussion about this post