
Kupang, inihari.co- Rasa keterpanggilan diri untuk membawa provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) keluar dari ketertinggalan, keterbelakangan, dan kemiskinan, membuat Marianus Sae mengambil keputusan besar untuk maju sebagai bakal calon Gubernur NTT periode 2018 – 2023.
Bupati Kabupaten Ngada dua periode tersebut tidak ingin provinsi yang Ia cintai terus terjebak dalam lingkaran tiga besar provinsi termiskin di Indonesia. Sebab, ketertinggalan itu dengan sendirinya menggambarkan masyarakat NTT yang jauh dari kata sejahtera.
Dalam masa kepemimpinannya sebagai Bupati Ngada, dalam tiga tahun dirinya sudah berhasil membawa Ngada keluar dari predikat sebagai salah satu daerah tertinggal di NTT. Keberhasilannya di Ngada itu juga kini menjadi beban pribadi baginya untuk berbuat hal yang sama pada kabupaten lain di NTT, yang sampai saat ini masih terlekat predikat sebagai daerah tertinggal.
Dengan perencanaan serta perhitungan yang matang, Marianus Sae kini ingin menerapkan strategi keberhasilan pembangunannya di Ngada pada wilayah yang lebih besar, yakni untuk seluruh NTT.
Menurut Marianus Sae, ada empat hal yang perlu diperhatikan dan menjadi faktor utama agar suatu daerah bisa mencapai sejahtera. Empat hal tersebut antara lain, yang utama adalah pemenuhan fasilitas infrastruktur yang memadai, dilanjutkan dengan peningkatan mutu pendidikan, peningkatan mutu kesehatan, dan peningkatan ekonomi masyarakat. (Baca Juga: Keterbatasan Keuangan Bukan Alasan Jika Dikelola Secara Baik)
Dan untuk bisa mewujudkan empat hal tersebut, Marianus Sae mengatakan, perlu adanya tindakan revolusioner seperti yang dilakukannya di kabupaten Ngada, yakni melalui pemangkasan anggaran untuk setiap program pada perangkat daerah (PD) yang tidak berhubungan langsung dengan empat hal tersebut.
Alasan masalah infrastruktur menjadi perhatian paling pertama dan utama adalah, karena infrastruktur dinilai sebagai urat nadi perekonomian daerah. Untuk membangun suatu daerah perlu fasilitas infrastruktur yang memadai, agar daerah-daerah di pedalaman tidak terisolasi. Tanpa infrastruktur, maka seluruh visi misi untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat tidak akan berjalan dengan baik. Keterbatasan infrastruktur mempengaruhi semua aspek kehidupan masyarakat di NTT. Jika urat nadi tersebut putus, maka semua kegiatan akan ikut terputus dan tidak mungkin berjalan.
“Jika suatu Kabupaten atau Kota tidak memiliki infrastruktur yang memadai, contohnya infrastruktur jalan provinsi, maka keberadaan jalan lingkungan juga tidak akan banyak membantu. Hal itu menyebabkan, masyarakat di pedalaman sebagai penyedia kebutuhan primer akan kesulitan membawa hasil alam untuk ditawarkan ke pusat daerah. Pelayanan dari pemerintah juga akan terbatas, akibat tidak adanya akses penyaluran pelayanan hingga ke wilayah pelosok,” kata Marianus Sae saat mengikuti diskusi meja bundar bersama bakal calon Gubernur Ibrahim Medah dan Jacky Uly di Hotel Ima Kupang, Senin (23/10/2017).
Ia mencontohkan, salah satu akibat ketidak ketersediaan infrastruktur jalan, seorang petani pisang tidak akan bisa membawa pisangnya untuk dijual ke Kota. Andai dipaksakan, maka harga transportasi yang harus dikeluarkan akan lebih tinggi dari harga Pisang yang akan di jual. Hal tersebut tentu tidak akan dilakukan oleh petani. Hasilnya, orang kota tidak dapat mengkonsumsi pisang dan buah-buahan lain, terutama sayur-sayuran untuk kesehatan, dan para petani tidak dapat mengembangkan perekonomian keluarga. (Yantho)
Discussion about this post