Kupang, inihari.co- Curah hujan yang tinggi di sepanjang akhir tahun 2022 hingga awal Januari tahun 2023, ditambah dengan karakteristik tanah “bobonaro clay” di wilayah Kabupaten Belu dan Kabupaten Malaka yang mengeras pecah di saat kering dan cair layaknya bubur ketika basah, telah menjadi persoalan serius secara terus menerus pada setiap pembangunan jalan Negara di kedua wilayah tersebut.
Saat ini, akibat hujan dan karakteristik tanah itu telah mengakibatkan kondisi jalan paralel di sektor timur yang dibangun untuk menghubungkan Perbatasan Lintas Batas Negara (PLBN) Mota’ain (Belu) dan PLBN Motamasin (Malaka) menjadi rusak berat.
Jalan tersebut kini terdapat sedikitnya 50-an area yang mengalami aspal patah disertai timbunan longsor. Kondisi itu menyebabkan Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Nusa Tenggara Timur (NTT) harus bekerja ekstra untuk mengatasi seluruh kerusakan demi kenyamanan masyarakat pengguna jalan.
Kepala Satuan Kerja (Kasatker) Pelaksanaan Jalan Nasional (PJN) 2 BPJN NTT – David Samosir mengatakan, jalan paralel Mota’ain – Motamasin dengan panjang total 179,9 kilometer terus mengalami kerusakan akibat curah hujan yang tinggi. Berdasarkan hasil kajian tahun 2022, terdapat 50 titik area yang terjadi longsor, plus 2 area longsoran baru yang tercipta di awal tahun 2023.
“Jadi area longsor itu paling banyak terjadi di wilayah Nanaenoe – Kecamatan Nanaet Duabesi, Kabupaten Belu; dan sampai saat ini kami masih melakukan kajian pada titik-titik longsoran baru yang terjadi di jalan sektor timur tersebut,” kata David, Jumat (20/01/2023).
Dikatakan, secara umum wilayah Nanaenoe telah dilakukan Tracking (pemantauan) lokasi longsor sebanyak dua kali. Dan pada tracking kedua telah ditindaklanjuti dengan dilakukan pemasangan rambu-rambu peringatan terhadap bahaya longsor di seputaran lokasi.
“Kami juga sudah lakukan penimbunan sementara selebar 1 lajur kendaraan agar jalan tersebut tetap fungsional. Sementara untuk perbaikan permanen masih menunggu proses kajian teknis yang lebih lanjut,” ujarnya.

David menjelaskan, untuk 50 area longsor tahun 2022, pihaknya sebelumnya sudah siap secara desain bagi 26 titik yang akan diperbaiki, bahkan 20 titik diantaranya sudah diajukan untuk lelang di akhir tahun 2022 lalu. Namun akibat adanya kegagalan dalam proses pelelangan, maka dipastikan proses kontrak terhadap perbaikan 20 titik itu dilaksanakan pada akhir Februari 2023 mendatang.
“Untuk titik lainnya, saat ini sudah 6 lokasi yang siap secara desain. Jika nanti sisa longsoran lama maupun baru telah ikut selesai didesain, maka penanganan secara permanen pada keseluruhan 52 titik longsor bisa segera dilaksanakan,” terangnya.
Dirinya mengaku, pada dasarnya semua ruas jalan negara yang rusak akan tetap dipertahankan agar fungsional, baik melalui penanganan sementara maupun penanganan permanen.
“Untuk teknis pekerjaan nanti, Satker PJN telah berkolaborasi dengan Balai Geoteknik Terowongan Dan Struktur (BGTS) Bandung Jawa Barat,” tutupnya. (Yantho Sulabessy Gromang)
Discussion about this post