
Kupang, inihari.co- Melalui pemandangan umum, Fraksi Partai Golkar DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mempertanyakan kepada pemerintah Provinsi NTT, dalam hal ini Gubernur Viktor Laiskodat tentang Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari Retribusi Daerah yang dinilai terus mengalami penurunan.
Ketua Komisi 3 DPRD Provinsi NTT – Jonas Salean, SH, M.Si yang adalah anggota Fraksi Partai Golkar, saat ditemui di ruangannya pada Kamis (19/05/2022), mengatakan, berdasarkan hasil kaji Fraksi Partai Golkar, penurunan PAD yang bersumber dari retribusi daerah sejalan dengan kondisi instalasi teknis yang dikelola Dinas-Dinas Kemakmuran melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) masing-masing.
Instalasi-instalasi teknis itu menurut Jonas Salean antara lain, instalasi Kambing Etawa di Sumlili –Kabupaten Kupang yang populasinya dari ratusan ekor, kini tinggal hanya 30-an ekor tanpa ada imbas apa-apa pada masyarakat sekitar instalasi. Lokasinya begitu luas, tetapi sebagian diklaim masyarakat.
Ada juga Instalasi Peternakan Sapi Lokal di Lili – Kabupaten Kupang, jumlahnya hanya 60-an ekor, dan tahun 2021 dikhususkan untuk menghasilkan keturunan sapi Wagyu melalui inseminasi buatan.
“Instalasi Peternakan Sapi Ongole di Konda Maloba – Kabupaten Sumba Tengah, populasinya dari ratusan ekor, sekarang menjadi hanya 30-an ekor dengan luas ranch lebih kurang 600-an hektar,” katanya.
Lanjut dikatakan, ada instalasi Peternakan Sapi di Kabaru – Sumba Timur dialih-fungsikan dari breeding sapi Ongole untuk disebarkan kepada para petani peternak, menjadi pusat pengembangan sapi Wagyu kerjasama dengan PT Asia Beef. Sapi Ongole yang tersisa di bagikan kepada masyarakat sekitar dengan jumlah yang sangat sedikit.
Instalasi Peternakan Babi di Tarus – Kabupaten Kupang juga dinilai tidak pernah mendatangkan laba. Dengan alasan Virus ASF, kini baru dilakukan restocking atau pengadaan tambahan ulang.
Ada lagi instalasi Pemeliharaan Ikan Air Tawar di Noekele – Kabupaten Kupang, juga semakin merosot karena ketiadaan biaya pengembangan tetapi diberi target PAD yang sangat tinggi.
Belum lagi instalasi Pemeliharaan Ikan di Tablolong – Kabupaten Kupang. Menurut Fraksi Partai Golkar, kata Jonas Salean, selama dua tahun terlantar karena stock ikan kerapunya dibawa ke Mulut Seribu tanpa dikembalikan ke instalasi Tablolong.
Di kawasan Peternakan Besipae – Timor Tengah Selatan (TTS) seluas 3000-an Hektar, terang Jonas, baru diisi beberapa puluh ekor sapi.
Kemudian instalasi Kerbau di Kecamatan Loura – Kabupaten Sumba Barat Daya, dikatakan, hanya diisi dengan 30-an ekor kerbau dan sampai sekarang seolah dilupakan saja.
“Demikian juga kondisi beberapa kebun bibit yang terlantar karena ketiadaan biaya operasional dan biaya pengembangan,” tutupnya. (Yantho Sulabessy Gromang)
Discussion about this post