
Kupang, inihari.co- Sebagai daerah dengan panas sinar matahari terbaik di Indonesia, Pulau Sumba punya potensi besar untuk memasok kebutuhan listrik ke pulau Jawa dan Sumatera. Potensi tersebut kini sedang diupayakan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) untuk mewujudkan Pulau Sumba sebagai pusat energi baru dan terbarukan khususnya dalam pengembangan listrik tenaga surya.
Kepala Biro Humas dan Protokol Setda NTT, Marius Ardu Jelamu, dalam keterangan pers kepada wartawan di Kantor Gubernur NTT, Senin (5/10/2020), mengatakan, Gubernur memang telah berinisiatif untuk jadikan Sumba sebagai Pusat Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk Indonesia. Inisiatif ini dinamakan Dari Sumba Menuju Indonesia; Dan berdasarkan riset ilmiah, Sumba layak untuk itu karena punya potensi sinar matahari terbaik di Indonesia, sehingga hal tersebut sudah disampaikan Gubernur NTT kepada Presiden Jokowi saat kunjungan Presiden ke Labuan Bajo beberapa waktu lalu (Kamis,1 Oktober 2020).
Dikatakan Marius, untuk tahap awal rencananya akan dikembangkan listrik tenaga surya berkekuatan 20 ribu megawatt. Dengan kekuatan besar ini, dapat memenuhi kebutuhan listrik di NTT, NTB, Bali dan Jawa. Pembangunan PLTS akan mendatangkan multiplier efek untuk peningkatan ekonomi NTT.
“Kami mengharapkan agar para bupati di daratan Sumba bersama dengan para tokoh masyarakat serta tokoh agama mulai melakukan dialog dengan masyarakat agar tidak ada lagi permasalahan lahan dalam mewujudkan rencana ini,” jelas Marius Jelamu.
Menurut Marius, Gubernur telah meminta ratusan traktor dan alat berat untuk mengolah seluruh lahan di Sumba kepada Presiden, dan Presiden telah mengamini permintaan tersebut.
Salah satu lembaga yang sangat mendukung inisiatif Gubernur NTT untuk pengembangan listrik tenaga surya di Sumba adalah Prakarsa Jaringan Cerdas Indonesia (PJCI). Lembaga yang beranggotakan praktisi dan akademisi yang bergerak di bidang kelistrikan ini sebelumnya telah melakukan audiensi dengan Gubernur NTT pada Jumat, 25 September lalu.
Saat Rapat Dengar Pendapat (RDP)dengan Komisi VII DPR pada Kamis, 1 Oktober 2020 tentang rancangan Undang-Undang Energi Baru dan Terbarukan (RUU EBT), PJCI menyampaikan hasil kajian mereka terkait pengembangan energi listrik berkekuatan 20 ribu megawatt di Pulau Sumba.
“Transisi energi yang merupakan spirit dari RUU EBT memerlukan perencanaan strategis yang berbeda dari dengan skenario bussines as usual ketenagalistrikan,” kata Eddie Widono, Pendiri dan Ketua PJCI dalam RDP tersebut sebagaiman rilis yang diterima oleh Humas dan Protokol NTT dari lembaga itu.
Ditegaskan PJCI, inisiatif Sumba untuk Indonesia jadi platform yang tepat untuk tunjukkan bahwa EBT butuh pemahaman yang lebih komprehensif.
Muhammad Yusrizki, Kepala Bidang Investasi dan Mega Proyek PJCI, mengatakan bahwa jika potensi energi surya di Sumba tidak terpakai secara optimal, maka akan kehilangan pertumbuhan ekonomi dari pengembangan PLTS ini. Karena itu, perlu dikembangkan konsep interkoneksi atau keterhubungan antar pusat beban mulai dari Sumba, NTT, NTB, Bali hingga Jawa agar potensi itu optimal.
Ia menjelaskan, dengan melihat model pengembangan PLTS di Philipina yang berkekuatan 500 megawatt yang mampu mendatangkan Produk Domestik Bruto sebesar 344,2 juta dollar Amerika serta membuka 32.417 lapangan pekerjaan baru , PJCI melihat potensi pengembangan 20 ribu megawatt di Sumba dapat mendatangkan PDB senilai 13,7 miliar dolar Amerika. Bagi Provinsi NTT, pertumbuhan PDB ini akan diwujudkan dalam pembukaan lapangan kerja baru dan peningkatan kapasitas Sumberdaya Manusia. (Humas dan Protokol NTT)
Discussion about this post