
Matim, inihari.co- Setelah sekian lama terisolir akibat minimnya akses jalan dari desa menuju kota, warga puluhan desa dari dua kecamatan, yakni Kota Komba dan Elar Selatan di Kabupaten Manggarai Timur akhirnya bisa berbahagia setelah pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2019 meluncurkan program pembangunan infrastruktur jalan di jalur tersebut.
Saat ini pekerjaan di jalur Bealaing-Mukun-Mbazang memang masih belum selesai dikerjakan. Namun masyarakat sejumlah desa di dua kecamatan tersebut mengaku sudah sangat merasakan manfaatnya.
Handiro Marteni Jeharu, warga Rana Mbata yang kesehariannya kini menjual ikan dan tahu menggunakan sepeda motor di desa desa Rana Mbata, Mokel Morit, dan Watu Apari, mengaku bahwa sebelum dibukanya akses jalan Bealaing-Mukun-Mbazang, warga desa Rana Mbata, Mokel Morit, Watu Apari dan semua desa di Kecamatan Elar Timur sangat susah jika ingin ke Kota.
“Sudah puluhan tahun kami terisolir. Dulu kalau mau ke Kota, baik itu Borong atau Ruteng, kami bisa tempuh perjalanan selama empat hari. Namun setelah pemerintah membuka akses jalan di sini, kini hanya dengan hitungan jam kami sudah bisa sampai ke kota,” katanya saat ditemui di jalur perjalanan Rana Mbata menuju Rana Mbeling pada Selasa, (25/02/2020).
Setelah akses jalan dibuka, menurutnya, masyarakat sudah bisa membawa hasil bumi seperti kopi, kemiri dan padi untuk dijual ke Kota. Termasuk dirinya sendiri, kini sudah bisa menjual ikan yang diambilnya dari Ruteng ke wilayah Kota Komba dan Elar Selatan.
Hal senada dikatakan Redemtoris Darmantho, warga Desa Sipi Kecamatan Elar Selatan yang berprofesi sebagai seorang guru. Ia mengatakan bahwa dulunya ia beserta keluarga dan orang tua sangat susah jika ingin ke kota. Menggunakan alat transportasi truk, harus menempuh jalan yang rusak dan memakan waktu selama empat hari. Namun dengan adanya pengerjaan jalan ini, kini dirinya dan warga lain sudah bisa akses ke kota menggunakan mobil dan motor pribadi.
Sementara itu, Kepala Desa Rana Mbeling, Primus Adil melalui Kepala Seksi Pemerintahan Martinus Garman yang ditemui di Kantor Desa Rana Mbeling, mengatakan pihaknya sangat bersyukur dengan pembangunan jalan yang ada. Mewakili masyarakat dirinya sangat berterima kasih kepada gubernur yang telah memperhatikan daerah mereka melalui pembangunan jalan tersebut.
“Memang pengerjaan jalan sesuai kontak kerja yang tertera di papan proyek maka sudah melewati waktu. Namun hal tersebut dapat kami maklumi sebab kondisi alam di sini juga cukup berat. Tanah yang mudah longsor dan bergunung-gunung, disertai curah hujan yang tinggi, memang menyulitkan proses pekerjaan,” katanya.
Dirinya mengaku, ada juga kontraktor yang sudah menyelesaikan pekerjaan mereka. Namun pekerjaan tersebut terkesan dikerjakan asal jadi sehingga kualitasnya sangat buruk. “Kalau yang dikerjakan PT AGG memang terlambat. Tapi untuk material yang kami lihat itu sangat bagus. Ada batu-batu besar. Ada kerikil. Ada abu batu. Semuanya digilas berulang kali,” terangnya.
Marselus Tegang, Kepala Dusun Manus, Desa Rana Mbeling juga mengatakan, sangat prihatin dengan pekerjaan lain yang bukan dikerjakan oleh PT AGG. Sebab menurutnya, berdasarkan pengamatan pada pekerjaan tembok penahan dan drainase, dikerjakan dengan mencampur satu sak semen dengan 40 hingga 60 ember pasir.
Sementara Kepala Dusun Musuk, Bartinus Mangkur mengatakan, PT Agogo yang mengalami keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan tahun anggaran 2019, harus bisa berupaya menyelesaikan pekerjaan itu dengan lebih cepat dengan tetap menjaga kualitas jalan dan drainase yang dihasilkan.
“Soal keterlambatan dari PT AGG itu kami bisa maklumi. Sebab untuk memperlebar akses jalan tersebut, PT AGG harus mengikis gunung. Intinya biar terlambat asal bermutu. Jangan seperti kontraktor lain yang hasil kerjanya kini sudah rusak sehingga masyarakat jadinya kecewa,” tutupnya.
Terpisah, Direktur PT Agogo Golden Group (AGG), Rekta Herndrawa yang dikonfirmasi melalui telepon selular, mengatakan bahwa akibat intensitas hujan yang tinggi, menyebabkan pengangkutan material proyek seperti Urpil, kerikil dan pasir menjadi terhambat.
Namun, walaupun mengalami keterlambatan dan dikenakan denda harian, Rekta mengaku bahwa PT AGG tetap akan menjaga kualitas dari pekerjaan jalan di jalur Bealaing-Mukun-Mbazang tersebut. (Yantho)
Discussion about this post