
Kupang, inihari.co- Pembangunan ruas Jalan Bokong-Lelogama, Kecamatan Amfoang Selatan, Kabupaten Kupang – Nusa Tenggara Timur (NTT) sepanjang 40 kilometer di tahun Anggaran 2019 oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk mendukung pembangunan Observatorium Nasional Timau sebagai kawasan wisata sekaligus pusat penelitian dan teknologi keantariksaan, secara langsung telah membantu masyarakat Amfoang Selatan untuk memiliki akses ke pusat pemerintahan dan perkotaan di wilayah Kabupaten Kupang maupun ke daerah lain.
Warga Amfoang Selatan yang selama ini terisolasi akibat buruknya akses jalan, kini sudah bisa tersenyum riang dengan adanya pembangunan jalan tersebut.
Naftali Baitanu, salah seorang warga Desa Oh-Aem Dua, Kecamatan Amfoang Selatan, Selasa (26/11/2019), mengatakan bahwa sebelum adanya pembangunan jalan Bokong-Lelogama, akses jalan di wilayah mereka sangatlah buruk. Area perbukitan serta jalur-jalur yang mendaki, ditambah dengan struktur tanah yang mudah longsor walaupun di musim kemarau, membuat perjalanan akan terasa sangat jauh dan susah untuk dilewati.

Menurutnya, sebelum pembangunan jalan Bokong-Lelogama dilakukan, masyarakat sangat susah untuk mengakses ke Kota. Bahkan untuk mengurus administrasi dasar kependudukan seperti Kartu Tanda Penduduk Elektronik (KTP-E) dan Kartu Keluarga (KK) saja kadang tidak mereka lakukan mengingat beratnya kondisi jalan yang harus ditempuh.
“Dulu jalan di sini setengah mati. Susah sekali. Kalau di musim-musim hujan itu, masyarakat yang ingin ke Lelogama harus menempuh perjalanan selama berhari-hari. Jika menggunakan jasa transportasi maka mereka harus mengeluarkan biaya hingga 35 ribu rupiah. Jika ada barang bawaan maka harus ditambah 15 ribu, sehingga totalnya menjadi 50 ribu,” katanya sembari mengaku bahwa kini akses jalan di wilayah mereka sudah semakin mudah, dan jumlah armada transportasi juga semakin banyak sehingga mempengaruhi tarif untuk semakin menurun.
Naftali mengatakan bahwa dirinya sangat senang dengan kondisi jalan yang ada saat ini, sebab walaupun belum selesai dikerjakan tuntas seratus persen namun sudah memberi dampak yang besar.
“Kontraktor yang lakukan pekerjaan pada umumnya telah bekerja dengan baik. Mereka saya yakin merupakan perusahaan-perusahaan yang bonafide sehingga bisa menang dalam terder lalu dan dipercayakan untuk melakukan pekerjaan yang berat ini,” ungkapnya.
Dirinya berharap agar pekerjaan pembangunan jalan Bokong-Lelogama ini bisa dikerjakan dengan baik oleh para kontraktor sesuai waktu, mutu dan kualitas serta manfaat yang ditetapkan, agar kedepan tidak berdampak hukum seperti yang pada pekerjaan-pekerjaan lainnya yang bermasalah.

Untuk diketahui, proyek pembangunan jalan Bokong-Lelogama telah mulai dilakukan sejak bulan April 2019 lalu. Sesuai jadwal pelaksanaan, berakhir pada tanggal 05 Nopember 2019 lalu. Namun menyusul adanya penelitian struktur tanah selama 40 Hari oleh Team Ahli, maka Pemerintah Provinsi NTT, dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melakukan perubahan atau adendum waktu pelaksanaan selama 40 hari atau sampai dengan tanggal 15 Desember 2019 mendatang.
Berdasarkan DPA Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) NTT tahun 2019, proyek pembangunan jalan Bokong-Lelogama ini dikerjakan dengan nilai pagu proyek mencapai Rp.175.552.879.000 (Rp 175 miliar lebih) dan nilai kontrak Rp.168.359.572.000.
Pembangunan ruas jalan hotmix ini terbagi dalam 4 paket proyek yang dikerjakan oleh 4 kontraktor, yakni Sekmen Satu oleh PT. Nusa Jaya Abadi dengan nilai kontrak Rp.35.404.931.000, Sekmen Dua oleh PT. Surya Agung Kencana dengan nilai kontrak Rp.37.874.437.000, Sekmen Tiga oleh PT. Bumi Permai Nusantara dengan nilai kontrak Rp.46.777.083.000 dan Sekmen Empat oleh PT. Berlian Aseal’s Murni dengan nilai kontrak 48.303.121.000. (Yantho)
Discussion about this post