
Atambua, inihari.co- Kegiatan normalisasi Bendungan Haekrit di Desa Manleten, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur, kini tengah dilakukan akibat menebalnya lapisan sedimen di dasar bendungan.
Team Leader Pengawas Bendungan Haekrit, Alex, Selasa (15/10/2019) mengatakan progres pekerjaan proyek normalisasi bendungan, sejak dikerjakan pada bulan Agustus lalu, kini sudah mencapai 43,87 persen.
Menurutnya, sesuai kontrak maka pengerukan sedimentasi di Bendungan Haekrit harus sebanyak 180 ribu kubik. Tujuannya adalah agar volume Bendungan yang berkurang akibat penebalan sedimen bisa teratasi.
Ia menjelaskan, dalam melaksanakan proyek, pihaknya mengeringkan sementara Bendungan Haekrit selama setahun. Hal itu sebelumnya sudah disosialisasikan dan mendapat persetujuan dari masyarakat khususnya para petani.
“Bendungan ini untuk mengairi 200 hektar sawah atau area pertanian. Air baku yang disiapkan sebanyak 30 ribu liter. Total tampungan air sebesar 6 juta 120 meter kubik, berasal dari 2 mata air di dalam bendungan dan delapan kali mati yang menyumbang air di musim hujan,” terang Alex.
Ia berharap, dengan selesainya pekerjaan dengan nilai kontrak sebesar 9,2 miliar itu, maka volume tampungan air akan bertambah. Dengan sendirinya, area sawah yang tahun kemarin tidak sempat diari, kini sudah bisa dicakup.
Sementara Kepala Proyek (Kapro) Meni Nubatonis mengatakan, sesuai kontrak maka keseluruhan kegiatan normalisasi Bendungan Haekrit akan berakhir pada bulan April tahun 2010 mendatang. Namun pihaknya akan mempercepat proses pengerukan sedimen, mengingat pentingnya air bersih untuk kebutuhan masyarakat, khususnya petani.
“Pekerjaan sampai April. Namun pengerukan sedimen akan kami upayakan selesai Oktober ini. Kami menjaga agar sebelum musim hujan sudah harus selesai. Ada beberapa metode yang kami lakukan untuk mempercepat pengerukan, yakni dengan pengadaan armada yang banyak dan penambahan alat berat,” katanya.
Nubatonis juga berharap, setelah proses pengerukan dilakukan, maka maka volume air yang ditampung bendungan juga akan semakin banyak, sehingga para petani yang awalnya hanya panen sekali setahun nantinya sudah bisa panen dua atau tiga kali setahun. (Yantho)
Discussion about this post