Sabu Raijua, inihari.co- Di bawah terik matahari yang memantul di pesisir Sabu Raijua, butiran garam putih berkilau seperti janji baru bagi masyarakat di pulau kecil itu.
Di balik geliat tambak-tambak garam yang kini berkembang pesat, nama Marthen Dira Tome muncul sebagai sosok sentral yang gigih mengusung visi menjadikan Sabu Raijua sebagai pusat produksi garam berkualitas nasional sekaligus sumber kesejahteraan ekonomi bagi masyarakatnya.
Sebagai tokoh yang aktif mendorong pengembangan tambak, Marthen menegaskan kesiapan daerahnya untuk menjadi role model produksi garam nasional serta membuka diri bagi investasi yang bertanggung jawab dan berkeadilan.
Menurutnya, kolaborasi antara investor, pemerintah, dan masyarakat lokal merupakan kunci agar modal berputar dan manfaat ekonomi dapat dirasakan langsung oleh warga Sabu Raijua.
Kini, capaian teknis pun mengesankan. Sejumlah pengamat mencatat bahwa mutu garam Sabu memiliki kadar NaCl hingga 98%, menjadikannya salah satu garam dengan kualitas unggul di Indonesia dan membuka peluang besar di pasar nasional.
Kondisi ini semakin memperkuat posisi tambak garam sebagai komoditas strategis dalam perekonomian Sabu Raijua. Dampak nyata dari program pengembangan garam tersebut kini dapat dirasakan luas. Perekonomian Kabupaten Sabu Raijua meningkat signifikan berkat hasil kerja dan inisiatif Marthen Dira Tome.
Penciptaan lapangan kerja baru di sektor tambak, pengemasan, dan distribusi garam telah memberikan peluang pendapatan bagi ratusan warga pesisir, sekaligus menggerakkan roda ekonomi lokal dari hulu hingga hilir.
Tambak garam kini menjadi penggerak perekonomian masyarakat daerah, menggantikan ketergantungan lama pada sektor konsumtif.
Marthen Dira Tome, yang ditemui Jumat (10/10/2025), menyampaikan harapannya agar Sabu Raijua tidak hanya dikenal sebagai penghasil lokal, tetapi juga pemasok penting garam nasional.
Ia bermimpi melihat pulau kecilnya berkontribusi bagi kemandirian garam Indonesia, membuka lapangan kerja bagi ribuan warga, dan mengubah wajah perekonomian lokal menjadi lebih produktif, mandiri, dan berdaya saing.
Ia juga menegaskan agar setiap investasi yang masuk harus menghormati hak masyarakat lokal, dengan sistem kemitraan yang adil sehingga hasil usaha dapat kembali dirasakan oleh warga. Prinsip itu, katanya, adalah fondasi agar kemajuan ekonomi berjalan selaras dengan kesejahteraan sosial.
Saat ini, sedikitnya terdapat empat perusahaan nasional yang menunjukkan minat besar terhadap garam asal Kabupaten Sabu Raijua, yakni PT Cheetam, PT Susanti Mega, PT Garindo, dan PT Unichen. Ketertarikan tersebut tidak lepas dari reputasi garam Sabu sebagai garam super yang telah menembus pasar nasional sejak lama.
Pada September 2025, distribusi garam dari Sabu Raijua terus meningkat. Lebih dari 10.000 ton garam milik PT Cheetam telah dikirim, disusul 500 ton melalui jalur tol laut, serta ribuan ton lainnya yang menunggu giliran.
PT Susanti Mega juga telah bersiap memuat 2.000 ton garam meja berlogo kapal, diikuti oleh PT Garindo dan PT Unichen dalam waktu dekat.
Bagi Sabu Raijua, kata Marthen, rencana pengembangan tambak garam jika dijalankan dengan perencanaan teknis matang, kemitraan adil, dan dukungan kebijakan nasional dapat menjadi katalis perubahan sosial-ekonomi yang berkelanjutan.
“Dari garam putih itu tumbuh harapan bagi anak-anak yang kini lebih mudah mengakses pendidikan karena ekonomi keluarga membaik, bagi perempuan yang memperoleh kesempatan ekonomi baru, dan bagi komunitas pesisir yang lebih sejahtera tanpa harus meninggalkan kampung halamannya,” ujarnya.
Di akhir kunjungan ke hamparan tambak, Marthen memandang ke arah laut sambil mengulang impiannya: “Saya ingin Sabu memberi contoh, bukan hanya garamnya yang putih, tetapi masa depan yang lebih cerah bagi setiap warga.” Pernyataan itu menutup perbincangan dengan nada optimistis, menegaskan bahwa mimpi besar selalu harus ditopang oleh kerja nyata. (Yantho Sulabessy Gromang)




Discussion about this post